PARADIGMANEWS.COM, KAMPAR - Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Kampar meminta penambahan anggaran untuk tahun 2025 mendatang.
Permintaan ini diajukan menyusul peningkatan signifikan kasus yang ditangani oleh UPT PPA sepanjang tahun 2024. Kepala UPT PPA Linda Wati mengungkapkan bahwa jumlah kasus yang ditangani tahun ini telah mencapai 120 kasus.
Menurutnya, jauh melampaui target yang ditetapkan oleh Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak (KemenPPPA) sebanyak 40 kasus.
Meskipun telah mendapatkan bantuan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kampar, anggaran yang tersedia dinilai masih belum mencukupi untuk menangani seluruh kasus yang ada.
“Walaupun tidak mencukupi untuk menangani kasus tersebut, saya berharap kepada semua untuk memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak,” ujar Linda Wati, Senin (11/11)
Lebih lanjut, Linda Wati menjelaskan bahwa adanya kesalahan dalam pelaporan data kasus pada tahun 2023 menyebabkan penurunan anggaran untuk tahun 2024.
Akibatnya, anggaran yang tersedia untuk pelayanan korban kekerasan berbasis gender mengalami pengurangan sebesar Rp70 juta.
“Saya berharap bisa didongkrak dari dana APBD 2025 ini,” harap Linda Wati.
UPT PPA Kabupaten Kampar juga menghadapi sejumlah tantangan dalam penanganan kasus, seperti keterlibatan aparat desa sebagai pelaku, korban yang dilarikan ke luar daerah, dan kurangnya fasilitas ruang bermain ramah anak.
Linda Wati menekankan pentingnya keterlibatan seluruh pihak dalam upaya perlindungan perempuan dan anak.
Ia mengajak masyarakat untuk aktif melaporkan kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekitar serta mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas ruang bermain ramah anak sebagai alternatif kegiatan positif bagi anak-anak.
“Anak-anak bisa bermain sambil belajar, mengerjakan tugas dan melakukan hal yang positif di tempat bermain ramah anak di Kabupaten Kampar,” ujar Linda Wati.
Ia juga menyoroti dampak negatif penggunaan gadget pada anak-anak dan mendorong orang tua untuk lebih aktif melibatkan anak-anak dalam kegiatan positif lainnya.